Tokoh-Tokoh, Ulama, Pemikir, Pendiri Muhammadiyah

Semboyan beliau yang masih dipegang teguh oleh aktivis Muhammadiyah sampai saat ini adalah : "Hidup-hidupilah Muhammadiyah dan jangan mencari hidup pada Muhammadiyah." Sepanjang hidup beliau berda'wah memberantas TBC (Tahayul Bid'ah Churofat) dan berusaha menciptakan masyarakat Islam dengan amal usaha.
· Buya HAMKA (1908 – 1984), HAMKA adalah akronim dari Haji Abdul Malik Karim Amarullah. Beliau dilahirkan di Maninjau Sumatera Barat pada tanggal 16 Pebruari 1908. Tahun 1928 menjadi peserta muktamar Muhammadiyah di Solo dan sejak itu terus aktif di Muhammadiyah. Menjadi anggota PP Muhammadiyah mulai tahun 1953 – 1971 dan meninggal sebagai penasehat PP Muhammadiyah. Pada masa orde lama pernah aktif sebagai anggota Konstituante hasil pemilu I tahun 1955 mewakili partai Masyumi jawa Tengah. Sewaktu di penjara di masa orde lama belaiu menyelesaikan karyanya yang paling monumental yaitu tafsir Al Azhar. Ketika MUI terbentuk pada tahun 1957 beliau menjadi ketua umum yang pertama dan juga pada periode kedua pada tahun 1980, tetapi kemudian mengundurkan diri karena fatwanya tentang haramnya mengikuti natalan bersama ditentang oleh pemerintah.

· Prof. Dr. H. Moh. Amin Rais, sejak reformasi tahun 1998 biasa juga disingkat MAR dan Bapak Reformasi, lahir di Solo pada tanggal 26 April 1944. Meraih gelar doktor pada tahun 1981 dari University of Chicago, AS dengan judul disertasi "The Moslem Brotherhood in Egypt : Its Rise, Demise and Resurgence" (Ikhwanul Muslimin di Mesir : Kelahiran, Keruntuhan dan Kebangkitannya Kembali). Juga dipercaya oleh beberapa tokoh penting (antara lain : Syafi'i Ma'arif, Ichlasul Amal, Yahya Muhaimin, Kuntowidjoyo, Sudjatmiko, Ahmad Baiquni, Bambang Sudibyo, Affan Gafar dan Mulyoto Djojomartono) untuk menjadi pimpinan Pusat Pengkajian Strategi Kebijakan (PPSK). Menjadi asisten ketua ICMI dan ketua Dewan Pakar ICMI (1991-1995). Menjadi pengisi tetap kolom Resonansi di Harian Umum Republika. Tulisannya tentang Freeport dan Busang di era Soeharto berkuasa sangat pedas mengkritik penguasa membuatnya terlempar dari kursi ketua Dewan pakar ICMI dan dicoret dari daftar calon anggota MPR tahun 1997. Dengan begitu banyaknya aktivitas, bagi MAR Muhammadiyah tetap yang nomor satu. Pada Periode 1990-1995 menjadi wakil ketua PP Muhammadiyah. Setelah Mukatamar ke 43 di Aceh tanggal 1-5 Juli 1995 terpilih sebagai ketua PP Muhammadiyah periode 1995-2000. Mendeklarasikan berdirinya Partai Amanat Nasional (PAN) pada tanggal 8 Agustus 1998 dan dipercaya menjadi nakhkoda PAN saat itu. Raihan suara 7,2% pada Pemilu 1999 membuatnya PAN menjadi 5 partai besar RI serta mengantarnya menjadi ketua MPR. MAR amat piawai sebagai King Maker dalam pentas politik nasional, misalnya membuat manuver politik dengan membentuk poros tengah sehingga LPJ Presiden BJ Habibie ditolak SU MPR tahun 1999, lalu menyebabkan Gus Dur terpilih sebagai R1 dan Megawati sebagai R2. Juga menjadi otak pelengseran Gus Dur dari kursi R1 karena kasus Buloggate, Brunaigate, pemecatan Kapolri, Monko Polkam dan Menko Kesra.

Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan
klik disini untuk berlangganan gratis materi biologi secara Up To Date via email